Posted by : Unknown
- Mudah menemukan taman bermain umum,
yang lazim disebut ko-en (taman kecil). Di koen, biasanya ada fasilitas
tempat duduk, permainan anak berupa perosotan, ayunan, tempat
bergantungan atau panjatan, kolam pasir. Selain itu, juga tersedia kran
air minum sekaligus kran cuci tangan.
Semua sarana ini rutin dirawat oleh pemerintah lokal (kecamatan) ataupun
penduduk setempat yang biasanya mengadakan kerja bakti kebersihan
lingkungan minimal sebulan sekali. Kebetulan rumah kami tepat berhadapan
dengan satu koen. Saya biasa menyaksikan bagaimana petugas kecamatan
rutin memeriksa kondisi fasilitas koen. Pasir di kolam pasir diganti
berkala, pohon yang terlalu lebat dipotong, rumput dipangkas, kualitas
air kran diperiksa.
Mereka melakukan ini dengan gaya yang sangat profesional, dari memakai
seragam pekerja, usia produktif (bukan melulu kakek-kakek), juga
melakukan pemotretan dari berbagai sisi dengan kamera digital. Meski
hujan ataupun panas, saya lihat mereka tetap mengerjakannya.
- Pemilik toko berani menaruh barang
dagangannya di luar toko tanpa pengawasan. Selain itu, kalau kita masuk
toko, tidak bakalan ada petugas yang mengekori kita, apalagi dengan
kasar segera membereskan barang yang sudah kita pegang.
- Uang-uang kertas di Jepang biasanya
sangat terawat. Agak sulit ditemukan uang yang lecek habis
terlipat-lipat apalagi dikucek-kucek atau bahkan ditulisi.
- Orang Jepang lebih banyak memakai
sarana transportasi kereta dan sepeda. Ini menyebabkan polusi udara
tidaklah banyak. Biasanya satu keluarga memiliki paling banyak satu
mobil saja, mereka akan terheran-heran bila mengetahui di Indonesia,
satu keluarga bisa memiliki dua-tiga mobil sekaligus. Ini karena mereka
harus membayar parkir yang cukup mahal, sekitar Rp.600.000 perbulan
permobil. Kalaupun mereka punya garasi sendiri, biasanya memang tidaklah
besar, cukup untuk satu mobil. Nah, yang menarik adalah soal
kepemilikan sepeda. Kalau ini, bisa satu anggota keluarga memiliki satu
sepeda. Anak kecil dilatih sedini mungkin untuk bisa bersepeda.
- Orang Jepang biasanya makan makanan
yang segar. Seorang ibu rumah tangga biasanya memasak tiga jenis masakan
berbeda untuk tiga kali waktu makan yang berbeda. Mereka juga sangat
mengutamakan variasi makanan. Suatu waktu saya pernah dalam perawatan
medis, dan saya diminta memakan 30 jenis bahan makanan dalam sehari!
Tidak masuk akal? Masuk akal kok. Coba saja diurut : bawang bombay,
bawang putih, pisang, tomat, bayam, wortel, kentang, ikan, cabe, merica,
jinten, susu, keju, roti, brokoli, timun.
- Untuk pecahan mata uang, mereka
punya sampai pecahan 1 yen. Sehingga, tidak ada namanya sistem
pembulatan angka dalam transaksi dagang. Sepertinya, jarang sekali ada
jenis uang baru. Hampir sembilan tahun tinggal di sini, jenis uang
itu-itu saja, belum pernah berubah.
- Taksi biasanya agak jual mahal. Bila
kita memesan taksi, biasanya mereka akan bertanya tujuan kita. Setelah
itu, mereka akan menolak bila kita mengubah rencana. Tempat duduknya
ditutup dengan kain putih berenda, yang supirnya tak segan-segan
memprotes bila jadi kotor karena sepatu anak-anak, misalnya. Mereka juga
biasanya enggan mengangkut penumpang ibu hamil tua, takut melahirkan di
taksi, barangkali. Pintunya terbuka dan tertutup otomatis. Harga
kilometer pertama sekitar Rp40.0000. Untuk jarak sekitar tiga km,
biasanya tarifnya sekitar Rp100.000. Kelihatannya jauh lebih mahal
daripada taksi di Indonesia, tapi memang jauh lebih nyaman. Tidak hanya
bagi penumpang, juga buat lingkungan : jarang yang kondisnya sampai
sudah mengeluarkan asap polutan. Oya, supir taksinya juga biasanya pakai
setelan jaz dan sarung tangan putih.
Menurut guru bahasa Jepang saya, hampir tidak ada kejahatan yang
dimotori para supir taksi, seperti misalnya jadi perampok dan
semacamnya. Mereka semua legal, dan memang menjadi supir taksi termasuk
pekerjaan yang cukup baik dalam pandangan masyarakat. Saya pernah naik
taksi, dan supir taksi mengatakan, dia melakukan pekerjaan tersebut
karena ingin membeli binatang peliharaan berupa babi mini yang memang
saat itu sedang jadi trend baru.
- Hampir tidak ada anjing liar. Anjing
peliharaan tiap hari dibawa jalan-jalan di sekitar tempat tinggal.
Biasanya tuannya membawa skop dan kantong kecil, atau surat kabar. Tahu
tidak, untuk apa? Untuk membawa pulang kotoran anjingnya, kalau b-a-b di
luar. Saya dan seorang kawan India mengaku kaget melihat orang Jepang
memungut kotoran anjingnya. Guru bahasa Jepang saya malah kaget
mengetahui di negara kami, kotoran anjing dibiarkan begitu saja.
sumber : (http://j-lovers-indo.blogspot.com/2012/10/fakta-menarik-seputar-jepang.html)